Ewith Bahar – Jakarta, Indonesia

Ewith Bahar

Biography: Ewith Bahar

Ewith Bahar is a published author, poetess, novelist, translator and essayist from Indonesia. She had a long time career in a mass communication field (radio and television industry). Prior to joining RCTI (The biggest private TV station in Indonesia) in 2004, she was a host for several musical and cultural programs for TVRI (Indonesian  government TV station).

She has published nine books, in all genres: poetry, novel, short stories, and essays. Another three books are still in an on-going process. Her poems were published in many national newspapers, journals and online medias, home and abroad. And also can be found in approximately 60 poetry anthologies in Indonesia and in many international anthologies. She herself organized Indonesian poets to organize Indonesian poets to publish their works  into  ten poetry anthologies since 2014. Many of her poems have been translated into several foreign languages. One of her poetry books, Sonata Borobudur, got a prestigious prize from Indonesian National Library as The Best Five Indonesian Poetry Books  2019.

Besides writing career, she was also a teacher at communication institutions, Interstudi and LEPPKINDO. Several years ago she run a public speaking course for children and teens, coordinated by

1.

DUA JIWA KASMARAN

Mataku adalah matamu

Sama-sama memandang saat biru cerulean di langit

Perlahan menggelap

Bayangan hitam

menguatkan pesona misterius

ketika gaun satin ratu malam luruh dengan anggun

menyelimuti dirimu dan aku

kelam….oh sangat kelam

 “Serupa matamu,” katamu

Di bawah langit berwarna eboni

Alam melukis siluet kita

Sebagai dua jiwa yang menyatu

Tanganku pada dadamu

Berkilau oleh cahya bulan

Lagu indah dari detak jantungmu

Mengelus lembut jemariku

Suara batin di kedalaman

Melodi hati bahagia yang bernyanyi dalam diam

Laksana puisi suci

Alangkah dahsyatnya malam dan

sentuhan serta danau tenang di matamu

menenangkan, membebaskan, menguatkan

Sewaktu langit yang bagai porselen menjadi gelap

Dua jiwa pun kepayang.

{

1.

THE DRUNKEN TWO SOULS

My eyes are yours

Watching a deep cerulean

Turns slowly into obsidian

Charcoal shadow

heightens the mysterious beauty

when a satiny robe of night falls elegantly

blanketed you and me

dark…oh so dark, and our love glints

“Just like your eyes,” you said

Under the ebony sky

Nature shapes our silhouettes

As a unity of two souls

My hand lies on your chest

Gleaming by the moonlight

Sweet melody from your heartbeats

Softly caresses my fingers’ skin

A voice within is a rhythmic melody

of ecstatic feeling in silence

Like sacred poetry

How powerful a night, a touch,

and a serene lake in your eyes

Releasing, freeing, vitalizing

When the porcelain sky gets darker

The two souls get drunk.

{

2.

BAGAI BUNGA ALYSSUM

Musim semi datang dan pergi

Tapi cinta senantiasa ada

Selalu lahir lagi tiap malam tiap pagi

Memukau laksana komposisi serenada

Saat musim semi singgah

Cahaya memendar

Mengirimkan keriangan jingganya

Bersama filosofi baru

Musim yang indah terperangkap di sela rerambut hitamku

Di patio-patio yang nyaman berhiaskan ros merah muda

Dan tentu, juga pada sepasang bibir yang saling taut

Mimpi-mimpi asing tanpa sayap dalam tidur kita

Terbunuh setiap kali kita membuka mata

menyisakan benih-benih hijau realita

yang akan tumbuh di musim apa saja

bagai bunga alyssum

musim semi, memperindah hal-hal yang biasa

tapi hidup akan sampai pada titik akhir

Dan cinta menyusulnya dengan wangi keabadian.

{

2.

LIKE SWEET ALYSSUM

Spring days come, spring days go

But love like life, stays

Reborn every morning every night

Mesmerizing like serenade composition

As spring approaches,

A light exists

Sending its orange bliss

With brand new philosophies

Sweet season is caught in my black tresses

In cozy patios with rosy roses

And in the balmy two sealed lips

Unwinged and anonymous dreams

Are killed every time the eyes open

leaving chartreuse seeds of realities

which will live in all seasons

like sweet alyssum

spring days, embellishing the ordinary

but life will come to a standstill

and love follows with a fragrance of eternity.

{

3.

PEREMPUAN

Perempuan adalah sebuah penjara

Di mana kemerdekaan yang lelaki cari-cari

Bermukim di dalamnya

Lekuk-lekuk tubuhnya adalah ruang-ruang paling aman,

tempat lelaki menyembunyikan segala kemuramannya

dia…

dosa yang tak terhindarkan

sekaligus dunia yang tak tergantikan  

Pada seorang perempuan

Lelaki menemukan lilin-lilin kecil ,

cahaya bagi keputusasaannya

hatinya..

adalah jurang tanpa dasar

dan misteri merah yang sukar diterka

hanya ketika engkau menyelam ke dalam dua kristal matanya

kau bisa membaca pikirannya yang liris

dan mengungkap seluruh rahasianya

tujukan perahumu kepadanya

untuk perjalanan tanpa akhir.

{

3.

WOMAN

Woman is a jail where

The freedom a man seek resides there

Her curves are the safest room

In which a man hiding all their gloom

Her….

Is his unavoidable sin but irreplaceable world

In woman…

Man find tiny candles to light his despondency

Her heart….

A bottomless abyss

And a red puzzling mystery

Only when you dive into the two crystals of her eyes

You can read her lyrical mind

And disclose all her secrets

Put your canoe in them for an endless journey.

{

4.

HINGGA SUATU HARI

Hingga suatu hari

saat cahaya kekal menyelimuti

menjelang keberangkatanku ke keabadian

mengawali kehidupan akhirat tanpa hasrat

tak ditemui lagi nafsu-nafsu mesum

tak ada lagi kegelapan….kesuraman, yang ada hanya cahaya surgawi

menghela pada suatu kepastian yang bumi tak pernah sanggup beri

pada tempat tanpa nama ini, tak ada masa silam yang bisa diingat

tak ada kenangan yang bisa ditelusuri

Aku bagai kehilangan logika

Sebab keabadian ini ada tanpa awal dan tanpa akhir

Satu-satunya yang kukenali      

hanya langit-langit maha luas yang kusebut angkasa paling murni

yang dari sini kepada tempat jauh di bawah kakiku,

kuucap selamat tinggal.

{

4.

UNTIL SOMEDAY

Until someday

When the eternal light surrounds

and I fade away to a vast eternity

started a winged life with no desires

no more lusty temptation

no darkness…no gloom but celestial shine

leading to a certainty that earth could never afford

in this no-name land, no past to be remembered

no memories to be traced

I just lost my logical sense

Because this eternity existed without start and without end

The only thing I recognize      

a bizarre ceiling above that I call a purest sky

which to the land under my legs I wave goodbye.

{

5.

CINTA ADALAH…

Love is a home for romantic souls with a vow

that the walls are threatened to be ruined each time

and we collect every broken pieces to build the stronger ones

love is a celestial music sweetly played in tune

with you and me as black and white keys to make divine sound

reviving the somber atmosphere

and love, a face inhabiting two eyes with rose-tinted tears

often streaming and falling secretly

from the deep crevice, drifting away the gloomy seasons in our hearts

you and me a pair of yellowy flames

goldening each other.

{

5.

LOVE IS….

Cinta adalah rumah bagi jiwa-jiwa romantik yang telah berikrar

Di mana dinding-dindingnya terancam runtuh setiap waktu

Dan kita mesti memunguti setiap puing untuk membangun yang baru

cinta adalah kidung surgawi yang dimainkan begitu indah

di mana engkau dan aku adalah tuts-tuts hitam putih

pencipta bunyi-bunyian sakral

yang menyegarkan suasana muram

dan cinta adalah satu wajah dengan dua mata

yang mengalirkan air berwarna rose

kerap berjatuhan dan mengalir diam-diam

dari ceruk yang dalam, menghanyutkan musim risau di dalam kalbu

Engkau dan aku adalah sepasang  api kuning

Yang saling menyepuhkan warna keemasan.

{

Leave a Reply

Ваша адреса е-поште неће бити објављена. Неопходна поља су означена *